assalamualaikum photo: assalamualaikum 42.gif

Jumat, 22 Maret 2013

RUJUKAN TERLAMBAT


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 4T (empat terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
Pemantauan secara dini bagi wanita hamil memang hal yang harus diperhatikan untuk dapat mengetahui setiap kali ada permasalahan yang timbul. Derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih belum memuaskan. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih tinggi. Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, menurut laporan UNICEF di negara miskin sekitar 25% - 50% kematian wanita usia subur disebabkan karena komplikasi kehamilan, kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian ibu karena tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. Indonesia menempatkan penurunan AKI sebagai program prioritas mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetric.

1.2  TUJUAN
1.2.1  Tujuan Umum
 Untuk mengetahi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Tiga Terlambat yang mengakibatkan AKI dan AKI



1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari rujukan
1.2.2.2  Untuk mengetahui tujuan rujukan
1.2.2.3 Untuk mengetahui penyebab dari rujukan terlambat
1.2.2.4. Untuk mengetahui penanganan dari tiga terlambat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    PENGERTIAN
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
Tiga Terlambat yaitu suatu keadaan dimana pasien Terlambat mengenal tanda bahaya, Terlambat dalam mengambil keputusan untuk mencari Pertolongan, dan Terlambat dalam mengirim, dan menerima perawatan yg sesuai di fasilitas kesehatan. Selama ini kita mengenal 3 Terlambat. Tapi yang diketahui berkaitan dengan tingginya AKI dalam buku MPS dari “Population Reference Bureau Mahmoud Fathlalla mantan president FIGO” di sebutkan mengenai 4 Terlambat yaitu :
1.      Terlambat mengenal tanda bahaya
2.      Terlambat mengambil keputusan
3.      Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
4.      Terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan

Pada Tiga Terlambat :
Pertama, terlambat mengenal tanda bahaya misalnnya kelainan atau penyakit pada ibu hamil. “Kebanyakan disebabkan oleh taraf pendidikan yang rendah.
Kedua, terlambat mengambil keputusan dalam mencari pertolongan, yang akhirnya terlambat menuju kerumah sakit.
Ketiga, terlambat mengirim dan menangani. ”Karena sudah terlambat sampai di tempta rujukan, kondisi ibu sudah makin melemah. Ditambah lagi bila sesampainya disana, fasilitasnya kurang lengkap atau tenaga medisnya kurang. Akhirnya benar-benar terlambat ditangani.

2.2    TUJUAN
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.


2.3    PENYEBAB
Penyebab masalah tingginya AKI dan AKB di Indonesia ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung sekitar 50 % AKI terjadi oleh pendarahan waktu hamil, 13% terjadi eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat hamil, komplikasi  abortus,  saat persalinan misalnya  partus  lama  serta sesudah persalinan (nifas) misalnya infeksi, atonia uteri. Beberapa penyebab tidak langsung  terbagi dalam tiga T yakni terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan.
Untuk kematian bayi sebagian besar terjadi pada waktu baru saja lahir atau neonatal sampai usia satu bulan. Pada waktu baru saja lahir atau disebut neonatal misalnya asfiksia, berat badan lahir rendah, tetanus neonatorum, masalah pemberian minum, infeksi dan gangguan darah. Sampai usia bayi menginjak satu bulan misalnya diare.
Dan dalam kontek situasi tersebut, alasan perempuan mengalami keterlambatan tersebut yaitu karendakam hal ini pembuatan keputusan tidak berada di tangan wanita atau ibu hamil.

2.4    FAKTOR – FAKTOR TIGA TERLAMBAT
Keterlambatan ibu hamil mendapatkan pelayanan  perinatal juga  disebabkan oleh faktor sosial ekonomi masyarakat  seperti pendidikan, pendapatan, pengambilan keputusan, jarak, biaya dan birokrasi rumah sakit.
Dari beberapa faktor tersebut  di atas, tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat berperan dalam pemilihan penolong persalinan, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan tingkat status kesehatan seseorang (Basov, 2002: 2;  Folland, et al, 2001: 116). Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar kepedulian terhadap kesehatan.  Dengan  pendidikan yang baik   memberikan pada wanita kekuasaan  dan kepercayaan diri untuk   mengambil tanggung jawab atas wanita itu sendiri (Soemanto, 1990). 
Beberapa faktor yang berkaitan dengan Tiga Terlambat :
A.    Beberapa hal yang berkaitan dengan terlambat mengenal tanda bahaya adalah karena faktor :
1.      Faktor pengetahuan yang masih rendah tentang kesehatan ibu hamil dan melahirkan
2.      Faktor sosial budaya yang masih kuat berkaitan dengan kebiasaan dalam mengatasi masalah kesehatan
B.     Beberapa hal yang berkaitan dengan terlambat mengambil keputusan adalah karena faktor :
1.      Faktor pengetahuan yang masih rendah tentang kesehatan ibu hamil dan melahirkan sehingga suami tidak dapat memutuskan sendiri
2.      Faktor sosial budaya yang masih kuat berkaitan dengan kebiasaan dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya masih kuatnya pendapat dari orang yang lebih tua
C.     Beberapa hal yang berkaitan dengan terlambat mencapai fasilitas kesehatan adalah karena faktor :
1.      Jarak yang terlampau jauh dan ketersediaan transportasi yang kurang memadai dan masih bersifat tradisional. Pada daerah terpencil khusunya sehingga menyebabkan ibu hamil  memilih persalinan di rumah  dengan bantuan dukun, sehingga  apabila mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan  kematian ibu dan bayi
2.      Sarana transportasi yang tidak menunjang
3.      Tingkat kesulitan geografis yang sulit dilewati oleh kendaraan
4.      Waktu tempuh yang sangat jauh dari tempat pelayanan kesahatan
D.    Berkaitan dengan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan dalah karena faktor :
1.      Kesiapan petugas yang kuarng trampil dan cekatan
2.      Ketersediaan bahan & alat yang kurang memunuhi standar
3.      Sikap petugas yang kurang memihak pada pasien

Rendahnya cakupan pemeriksaan selama kehamilan, akibat persalinan yang kurang bersih dan kebiasaan pada ibu-ibu hamil yang belum memenuhi persyaratan medis dan kesehatan juga menyebabkan tingginya AKI di Indonesia. SDKI 1994 menemukan kenyataan bahwa sebagian besar persalinan ditolong oleh dukun dan bukan tenaga kesehatan, dan sebanyak  70,6 % persalinan dilakukan  di rumah yang tidak  jarang jauh dari syarat  bersih dan sehat.
penyebab lain tingginya kematian ibu karena kurangya Akses Ibu Bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang disebabkan penyebaran tempat pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan kesehatan maternal belum mantap, dan lemahnya manajemen kesehatan di berbagai tingkat, kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, sosial budaya tidak mendukung.

2.5    PENANGANAN
Untuk mengatasi 3 terlambat tersebut, pemerintah mempunyai Program Utama MPS yang responsif Gender, mencakup : 
1.      Pelayanan Antenatal
2.      Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil 
3.      Penanganan komplikasi kebidanan.
4.      Pelayanan Nifas dan Neonatal 
5.      Pelayanan Keluarga Berencana.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk percepatan penurunan AKI bahkan mengajak peran serta masyarakat dan LSM salah satunya adalah dengan adanya kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 Pesan Kunci dan 4 Strategi.
a.      Tiga Pesan Kunci:
1.      Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan terampil.
2.      Setiap komplikasi obsteri dan neonatal ditangani secara adekuat
3.      Setiap usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi keguguran.
b.      Empat Strategi:
1.         Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan rujukan.
2.         Membangun kemitraan yang efektif.
3.         Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
4.         Meningkatkan sistem surveilans monitoring dan informasi KIA, juga pembiayaan.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar