BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan sering kali
mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi
kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan
harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan
serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang
primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang
biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak,
khususnya pada luka dekat klitoris.
1.2
Rumusan Masalah
“Bagaimana
penatalaksanaan dalam menangani perlukaan jalan lahir”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
umum
Tujuan umum
dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam
tentang perlukaan jalan lahir.
1.3.2 Tujuan khusus
1.
Mengetahui
pengertian dari perlukaan jalan lahir
2.
Mengetahui
etiologi perlukaan jalan lahir
3.
Mengetahui
patofisiologi perlukaan jalan lahir
4.
Mengetahui
tanda dan gejala perlukaan jalan lahir
5.
Mengetahui
penatalaksanaan medis perlukaan jalan lahir
1.4
Manfaat
Manfaat
dari mempelajari kasus ini adalah :
1.4.1
Bagi
mahasiswa
Mahasiswa
dapat mempeerluas khasanah ilmu yang lebih luas terutama dalam menangani pasien
dengan kasus perlukaan jalan lahir.
1.4.2
Bagi
tenaga kesehatan
diharapkan
agar dapat mengerti tentang perlukaan jalan lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian
Robekan Jalan Lahir
Perdarahan
dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Perlukaan jalan lahin terdiri dari :
2.1.1
Robekan
Perinium
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang
membentuk perinium (Cunningham,1995). Terletak antara vulva dan anus,
panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 1999). Jaringan yang terutama
menopang perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis
terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior
serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk
otot yang lebar bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari
permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.
Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini:
di sekitar vagina dan rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya,
pada persatuan garis tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis
tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di
sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuberositas
iskial dan simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus
perinialis transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung
fasia interna dan eksterna (Cunningham, 1995).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara
anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perinium, tempat bersatu
bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani
eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung
utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi
yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi
merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia
eksterna. Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada
bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999).
Robekan perinium, dibagi atas 4tingkatan :
Tingkat I :
Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perinium
Tingkat II
: Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi
tidak mengenai spingter ani
Tingkat III
: Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Tingkat IV
: Robekan sampai mukosa rectum
a. Etiologi
1. Secara umum
a. Kepala janin terlalu cepat
lahir
b. Persalinan tidak dipimpin
sebagaimana mestinya
c. Sebelumnya pada perineum
terdapat banyak jaringan parut
d. Pada persalinan dengan
distosia bahu
2. Faktor maternal
a. Partus presipitatus yang
tidak dikendalikan dan tidak di tolong
b. Pasien tidak mampu berenti
mengejan
c. Partus di selesaikan secara
tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
d. Edema dan kerapuhan pada
perineum
e. Perluasan perineum
3. Faktor janin
a. Bayi yang besar
b. Posisi kepala bayi yang
normal
c. Kelahiran bokong
d. Ekstraksi forsep yang sukar
e. Distosia bahu
(Ilmu kebidanan, patologi & fis.
Persalinan : 451-452)
b. Patofisiologi
Perineum kaku Kesalahan memimpin
Kepala janin terlalu cepat lahir Persalinan![]() |
Regangan Perineum



Tingkat I Tingkat
II Tingkat III Tingkat VI
Pada selaput Pada
selaput Robekan sampai Robekan
Lendir vagina lendir vagina dengan otot sampai dengan
(tanpa mengenal otot perinea
sfingter ani otot sfingter
Kulit perineum) trans versalis ani + mukosa
Penanganan
Ø Persiapan alat
-
Wadah DTT ber isi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit
-
Cairan antiseptik (alkohol, betadin)
-
Anastesi : lidokain 1%
Ø Persiapan pasien
Ibu posisi litotomi, pasang kain bersih di bawah bokong,
atur lampu kearah vulva atau perineum bersihkan dengan cairan antiseptik
Ø Persiapan petugas
Lepas perhiasan dan cuci tangan,
pakai sarung tangan DTT untuk memasukkan lidokain 1% kedalam spuit kemudian
pakai sarung tangan lain
Perawatan pasca persalinan
·
Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis dosis
tunggal :
-
Ampicilin 500 mg/oral
-
DHN metronidazol 500 mg/oral
·
Observasi tanda-tanda infeksi
·
Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg
·
Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral
Teknik menjahit robekan perineum
A. Tingkat I
Dapat di lakukan hanya menggunakan
cutgut yang di jahitkan secara jelujur (continous sutare) atau dengan cara
angka delapan (figure of eight)
B. Tingkat II
Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata aalh
brgerigi maka pinggir yang bergerigi harus di rapikan lebih dulu
- Pinggir robekan kanan, kiri masing-masing di klem
kemudian di gunting dan di lakukan penjahitan
- Mula-mula otot din jahit catgut, selaput lendir vagina
di jahit dengan catgut secara terputus atau jelujur
- Penjahitan selaput lendir vagina
di mulai dari puncak robekan
- Terakhir kulit perineum di jahit
dengan benang sutera secara terputus
C. Tingkat III
Dinding depan rektum yang robek di jahit dulu
- Fasia perifektal dan fasia septm rekto vaginal di jahit
dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali
- Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah di klem
dengan klemplen lurus kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
- Robekan dijahit lapis demi lapisseperti menjahit
robekan perineum tingkat II
2.2
Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9.
bibir depan dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster
kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung
robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
untuk menghentikan perdarahan.
a.
Etiologi
Robekan servix dapat terjadi
pada :
1. Partus presipitatus
2. Trauma karena pemakaian
alat-alat operasi (cunam, perforator, vakum ekstraktor)
3. Melahirkan kepala janin pada
letak sungsang secara paksa karena pembukaan servix belum lengkap
4. Partus lama
b.
Diagnosa robekan cervix
Perdarahan PP pada uterus
yang berkontraksi baik harus memaksa kita untuk memeriksa servix inspekulo.
Sebagai profilaksis sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi
indikasi untuk memeriksakan inspekulo.
c.
Komplikasi
1. perdarahan
2. syok
3. inkompetensi servix atau
infertilitas sekunder
d.
Penanganan menjahit robekan servix
1. Pertama-tama pinggir robekan
sebelah kiri dan kanan di jepit dengan klem sehingga perdarahan menjadi
berkurang atau berhenti
2. Kemudian sevix di tarik
sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari luar
3. Jika pinggir robekan bergerigi,
sebaiknya sebelum di jahit pinggir tersebut diratakan dulu dengan jalan
menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.
4. Setelah itu robeka dijahit
dengan cutgut cromik, jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara jahitan
terputus-putus atau jahitan angka delapan
5. Pada robekan yang dalam,
jahitan harus di lakukan lapis demi lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari
terjadinya hematoma dalam rongga di bawah jahitan
2.3
Rupture
Uteri
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam
bidang kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri
yang terjadi di luar rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum
abdomen.
Ruptura uteri masih sering dijumpai di Indonesia karena
persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dukun seagian besar belum
mengetahui mekanisme persalinan yang benar, sehingga kemacetan proses
persalinan dilakukan dengan dorongan pada fundus uteri dan dapat mempercepat
terjadinya rupturauteri.
Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri
adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang
mio metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul,
partus macet atau traumatik. Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding
apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah,
diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai
kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi
sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma
pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga
menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi
seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena perdarhan heat dapat
terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini, sangat perlu untuk
diwaspadai pada partus lama atau kasep.
a. Faktor predisposisi
1. Multiparitas atau
grandemulti
2. Pemakaian oksitosin
persalinan yang tidak tepat
3. Kelainan letak dan implantasi
plasenta
4. Kelainan bentuk uterus
5. Hidramnion
b. Gejala ruptur uteri
1. Sewaktu konsentrasi yang
kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang mengiris di perut bagian bawah
2. SBR nyeri sekali kalau di
palpasi
3. HIS berhenti
4. Ada perdarahan pervagina,
walaupun biasanya tidakbanyak
5. Bagian-bagian anak mudah
diraba, kalau anak masuk ke dalam rongga perut
6. Kadang-kadang disamping anak
teraba tumor ialah rahim yang telah mengecil
7. Pada toucher ternyata bagian
depan mudah di tolak ke atas malahan kadang-kadang tidak teraba lagi karena
masuk ke dalam rongga perut
8. Biasanya pasien jatuh dalam
shock
9. Kalau ruptura sudah lama
terjadi maka seluruh perut nyei dan gembung
10.
Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan diagnosa kalau
gejala-gejala kurang jelas
c. Etiologi
1. Parut uterus (SC,
Miometrium, reaksi kornua, abortus sebelumnya)
2. Trauma
·
Kelahiran operatif (versi, ekstraksi bokong, forsep)
·
Perangsangan oksitosin yang berlebihan
·
Kecelakaan mobil
3. Ruptura spontan uterus yang
tidak berpaut (kontraksi uterus persisten pada kasus obstruksi pelvis)
·
Disproporsi chepalo pelvic
·
Malperentasi janin
·
Anomali janin (hidrosefalus)
·
Multiparitas tanpa penyebab lain
·
Lelomioma uteri
4. Faktor-faktor lain
·
Placenta akreta atau perkreta
·
Kehamilan kornua
·
Penyakit trofoblasik invasif
d. Diagnosa banding ruptur
uteri
1. Solusio placenta
2. Placenta previa
3. Ruptura uteri
e. Klasifikasi ruptura uteri
1.
Menurut waktu terjadinya
a.
Ruptura uteri gravidarum
Terjadinya
sewaktu hamil dan berlokasi pada korpus
b.
Ruptura uteri durate partum
Terjadinya waktu melahirkan anak dan berlokasi pada SBR.
2.
Menurut lokasinya
a.
Korpus uteri
Terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami dan operasi (SC) yang
kolporal atau miomektomi
b. SBR
Terjadi pada partus yang sulit dan lama yatu tambah merenggang dan tipis
dan akhirnya ruptur uteri.
c.
Servix uteri
Terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi dan ekstraksi pada
pembukaan lengkap.
d. Kolpoporeksis – kolporeksi
Robekan diantara servix dan vagina.
3.
Menurut robeknya peritoneum
a.
Kompleta
Robekan pada dinding uterus – peritoneum (parametrium) sehingga terdapat
hubungan antara rongga perut dan uterus.
b.
Inkompleta
Robekan pada otot rahim tapi peritonium tidak ikut robek.
4.
Menurut etiologinya
a.
Ruptura uteri spontan
-
Karena dinding rahim yang lemak atau cacat
Misal : Bekas SC, miomektomi, perforasi saat kuretase, histerorafia,
pelepasan plasenta manual
-
Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
Misal : Panggul sempit, kelainan bentuk panggul, janin besar, DM, hidrops
feralis, post maturitas, dan grandemulti.
b. Ruptura violenta
(traumatika)
Karena : Estraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi braxton
hicks, sindrom tolakah, manual placenta, kuretase, espresi kristeller atau
crede.
5.
Menurut gejala klinis
a.
Ruptura iminens (membakat, mengancam)
b.
Ruptura uteri (sebenarnya)
f. Profilaksis Ruptura Uteri
1.
CPD
· Anjurkan bersalin di rumah
sakit
2.
Malposisi kepala
· Coba lakukan preposisi
· Pikirkan SC primer saat
inpartu
3.
Mal presentasi
· Letak lintang / presentasi
bahu / letak bokong / presentasi rangkap
4.
Hidrosefalus
5.
Rigid cervik
6.
Tetania uteri
7.
Tumor jalan lahir
8.
Bekas SC
· Anjurkan persalinan di rumah
sakit
· Jika kepala cukup turun
lakukan ekstraksi forceps
9.
Uterus cacat, karena miomektomi, manual uri, anjurkan bersalin di rumah
sakit
10.
Ruptura uteri
· Rujuk
g. Penanganan Ruptura Uteri
1. Mengatasi syok
2. Perbaiki KU penderita dengan
pemberian infus dan sebagaimana
3. Kardiotonika, antibiotika
dan sebagainya
4. Jika sudah mulai membaik
lakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi
· Histerektomi (total dan
subtotal)
· Histerorafia (tepi luka di
eksidir → dijahit)
· Konservatif (dengan
temporade dan antibiotaka yang cukup
|
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Asuhan
kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang persalinan
dan nifas.
3.1 Pengumpulan
data yang dibutuhkan
3.1.1 Data subyektif.
1. Identitas.
2. Alasan kunjungan saat ini / keluhan utama
Keluhan yang
dirasakan apabila terjadi rupture uteri adalah Ibu merasakan gelisah,
pernafasan dan nadi menjadi cepat, nyeri perut bagian bawah, perdarahan yang
terjadi pada sebagian mengalir ke rongga perut dan sebagian keluar pervaginam.
3. Riwayat kebidanan
3.1 Riwayat menstruasi
3.2 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
4. Riwayat kesehatan
5. Riwayat psikososial
6. Pola kehidupan sehari-hari
3.1.2 Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ibu dengan
robekan jalan lahir yaitu pada conjungtiva. Jika conjungtiva anemis maka
dimungkinkan karena kurangnya darah yang diakibatkan oleh banyaknya luka pada
jalan lahir. Pemeriksaan fisik lebih di fokuskan pada vulva, dilihat berapa
derajat robekan lukanya.
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
3.2 Menginterpretasikan data
untuk mengidentifikasi
diagnosa/masalah
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi diagnosa / masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
3.3 Mengidentifikasi
diagnosa / masalah potensial
Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial / masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini menimbulkan antisipasi bila dimungkinkan
dilakukan pencegahan.
3.4 Menetapkan
kebutuhan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan dikonsultasikan atau ditanda tangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
3.5 Menyusun
asuhan yang menyeluruh
Dalam rangka ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan lanjutan menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi & diantisipasi.
3.6 Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada ke-5 dilaksanakan secara efisien
dan aman.
3.7 Evaluasi
Keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana telah
diidentifikasikan di dalam diagnosa & masalah.
DAFTAR PUSTAKA
FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.
Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan Fisiologi Persalinan,
Yayasan Essensia Medica,
Yogyakarta.
Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis,
Gramedia, Jakarta.
Prawirohardjo,
Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Prawirohardjo,
Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan Ginekologi, ECG,
Jakarta.
|
|
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
A Data subyektif
Anamnesa tanggal : 21 Juni 2007 Jam :
13.00 Wib
1.
Identitas
|
|
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa ia merasakan
nyeri pada luka perineum setelah proses melahirkan.
3.
Riwayat menstruasi
|
|
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu
|
No
|
Hamil ke
|
Suami ke
|
UK
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
BB / TB
|
Jenis kelamin
|
H/M
|
Meneteki
|
Riwayat KB
|
|
1
|
1
|
1
|
9 bln
|
Spt
|
Bidan
|
-
|
2800gr/45cm
|
♀
|
H
|
Ya
|
-
|
5. Riwayat kehamilan ini
Ibu mengatakan bahwa ia selalu
memeriksakan kehamilannya ke Pustu slempit sebanyak 10x, imunisasi TT sebanyak
2x.
6. Riwayat persalinan ini
Ibu mengatakan bahwa ia melahirkan
seorang bayi perempuan pada jam 07.00 Wib, spontan ditolong oleh bidan dengan
berat 2800 gram
7. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan 3x/hari
dengan porsi sedang yang terdiri dari nasi, lauk pauk, dan sayur-sayuran, minum
air putih ± 7-8 gelas/hari, kadang –kadang makan buah.
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan
3x/hari dengan porsi sedang, yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayur,minum air
putih 7-8 gelas/hari.
b. Pola eliminasi
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia BAK :
6-7x/hari, lancar, yidak ada nyeri, dan BAB 1x/hari, lembek, teretur.
Selama MKB : Ibu mengatakan
bahwa ia BAB : 2x/hari, memancar, agak nyeri dan BAB belum.
c. Pola aktifitas
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia melakukan pekerjaan
rumah tangga yang sifatnya ringan.
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia masih
terbaring dan bangun apabila akan ke kamar mandi.
d. Pola istirahat / tidur
Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia 1 jam/hari
dan tidur malam 5-6 jam/hari
Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia tidak
tidur siang dan tidur malam sering terbangun.
e. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan bahwa ia tidak ada
pantangan makanan apapun.
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit (hepatitis, TBC) dan penyakit
menurun (asma, DM, hipertensi)
b. Riwayat penyakit yang pernah
diderita / sedang diderita
Ibu mengatakan bahwa ia tidak
pernah dan tidak menderita penyakit menurun dan menular.
B Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
·
Kesadaran : Composmetis
·
KU : Baik
·
TTV : TD :130/90 mmHg Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 365o C RR : 20 x/mnt
·
Jumlah
perdarahan : ± 250 cc
2. Pemeriksaan fisik
·
Rambut : hitam, bersih, tidak ada ketombe
·
Mata : - Sclera : tidak icterus
- Conjungtiva : merah
muda
·
Muka : tidak ada chloasma gravidarum
·
Leher :
- Struma : tidak ada
- Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
- Pembesaran vena jugularis : tidak ada
·
Payudara :
- Bentuk : simetris
- Areola : hiperpigmentasi
- Putting susu : menonjol
- Keluaran : colostrum
·
Perut :
- striae : albican Kontraksi
:baik
- linea : alba Konsistesi
: keras
- TFU : 2 jari bawah pusat
·
Vulva :
- warna : kemerahan
- varises : tidak ada
- odema : tidak ada
·
Perineum :
- luka bekas episiotomi : ada
·
Extremitas
atas / bawah
- varises : -/-
- odema : -/-
·
Anus : Haemoroid : ada
Diagnosa
|
Tgl / Jam
|
Diagnosa
|
Interpretasi Data
|
|
21-06-07 / 13.15
|
DX : P10001
6 jam post partum fisiologis dengan ruptur perineum.
Masalah :
Nyeri luka perineum
|
DS : Ibu
mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada luka perineum setelah proses
melahirkan.
DO :- Kesadaran : Composmetis
- KU : Baik
- TTV : TD :130/90
mmHg Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 365o C RR : 20 x/mnt
- Perineum :
luka bekas episiotomi : ada
DS : Ibu
mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada luka perineum setelah proses
melahirkan
DO : Ekspresi
wajah kelihatan menyeringai.
|
Identifikasi
Masalah Potensial
Terjadi infeksi
Identifikasi
Kebutuhan Potensial
·
Rawat
luka perineum
·
Berikan antibiotik.
Intervensi
Tanggal : 21 Juni 2007 Jam : 13.30 Wib
Tujuan
: Setelah di lakukan asuhan kebidanan selama 1x
24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria : 1. KU ibu baik tanpa komplikasi
TTV
: TD : 110/70 mmHg – 120/80
mmHg
Suhu :
360 – 370 C
RR :
16 – 24 x/mnt
Nadi :
72 – 100 x/mnt
2. Ekspresi wajah tidak sakit, klien tidak
mengeluh sakit dan dapat melakukan
aktifitas sendiri
3.
Tidak ada tanda-tanda infeksi
|
Tgl / jam
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
21-06-07 /13.25
|
Ny “S” P10001 6 jam post partum
fisiologis dengan ruptur perineum.
Masalah nyeri luka perineum
|
1. Lakukan pendekatan
terapeutik pada klien
2. Jelaskan hasil pemeriksaan
pada ibu dan keluarga
3. Berikan HE tentang :
-
Personal
hygiene
-
Nutrisi
-
Perawatan
luka
-
Perawatan
payudara
-
Mobilisasi
dini
-
Istirahat
-
Tanda
bahaya nifas
-
Tanda
bahaya BBL
4. Berikan antibiotik dan analgesik
5. Observasi TTV
6. Observasi TFU, kontraksi, kandung kemih, dan
perdarahan
7. Observasi luka jahitan
8. Anjurkan ibu untuk kantrol ulang 1 minggu
lagi / sewaktu-waktu bila ada keluhan
1.
Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
2.
Beritahukan nyeri akan hilang jika luka telah
sembuh
3. Berikan
dukungan psikologis dan moril pada ibu
|
1.
Diharapkan dapat terjalin kerjasama yang baik antara petugas dank lien
2.
Diharapkan klien lebih kooperatif terhadap pemeriksaan selanjutnya
3. Diharapkan ibu mengerti tentang :
-
Menjaga
kebersihan
-
Terpenuhi
nutrisinya
-
Terhindar
dari infeksi
-
Memperlancar
ASI
-
Mempercepat
proses invousi
-
Memulihkan
stamina ibu
-
Ibu lebih
waspada
-
Deteksi
dini
4. Diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri dan
terhindar dari infeksi
5. Diharapkan dapat memantau perkembangan ibu
6. Deteksi dini adanya komplikasi
7. Memantau perkembangan luka
8. Diharapkan dapat mengetahui perkembangan
kedaaan ibu
1.
Dengan dilakukan pendekatan teraprutik diharapkan
terjalin kerjasama yang baik antara ibu dengan petugas kesehatan
2.
Dengan memberi pengertian kepada ibu diharapkan
ibu dapat lebih tenang
3.
Dengan memberikan dukungan moril dan psikologis
pada ibu diharapkan ibu lebih tenang
|
Implementasi
|
Tanggal/Jam
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
|
21-06-07/ 13.45 WIB
|
Ny “S” P10001 6 jam post partum
fisiologis dengan ruptur perineum.
Masalah nyeri luka perineum
|
1.Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
3.Memberikan HE tentang :
a. Personal hygiene
b. Nutrisi
c. Perawatan luka
d. Perawatan payudara
e. Mobilisasi dini
f. Istirahat
g. Tanda bahaya nifas
h. Tanda bahaya BBL
4.Memberikan antibiotik dan analgesik
5.Melakukan observasi TTV
6.Melakukan observasi TFU, kontraksi, kandung
kemih, dan perdarahan
7.Melakukan observasi luka jahitan
8.Menganjurkan ibu untuk kantrol ulang 1
minggu lagi / sewaktu-waktu bila ada keluhan
1.
Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu
2.
Memberitahukan nyeri akan hilang jika luka
telah sembuh
3.
Memberikan dukungan psikologis dan moril pada
ibu
|
Evaluasi
Tanggal :22-06-07 Jam : 07.00
S :
Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka jahitannya
O : TTV : TD : 110/70
mmHg S : 367 0C
N : 80 x/mnt RR : 18 x/mnt
TFU : 2 jari bawah
pusat
Kontraksi uterus : keras
Perdarahaan :
150 cc
A :
P10001 1 hari post partum fisiologis dengan ruptur perineum.
P : - Rencana dilanjutkan
- Menganjurkan pada ibu untuk control ulang 1 mgg lagi /
sewaktu –waktu bila ada keluhan
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Robekan pada jalan lahir merupakan
salah satu penyebab dari perdarahan post partum. Robekan pada jalan lahir
sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah multiparitas,
CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-lain.
Dengan penatalaksanaan yang tepat dari
penolong diharapkan bisa mengurangi terjadinya perdarahan yang bisa
mengakibtkan kematian pada ibu.
4.2. Saran
1. Bagi Bidan
Bidan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapt meminimalkan
terjadinya robekan jalan lahir.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengerti dan memahami isi dari masalah ini bagi masyarakat
umum.
3. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya gizi.
4. Bagi Penulis
Penulis dapat
lebih mendalami tentang penyebab kematian maternal karena perdarahan yang
disebabkan oleh robekan.

Seminole Hard Rock Hotel & Casino, Hollywood
BalasHapusTry your luck at the Seminole Hard 용인 출장안마 Rock Hotel 김포 출장샵 & Casino, Hollywood. Explore our interactive seating 전주 출장안마 chart, see photos and read 구미 출장샵 35 reviews: "Very nice" Rating: 상주 출장안마 3.9 · 35 reviews