Konsep
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Solusio Plasenta
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1
DATA SUBYEKTIF
1.1.1.1
Anamnesa
1.
Nama Klien
Digunakan
untuk membedakan antara klien satu dengan yang lainnya (Manuaba, 1998 : 326)
2.
Umur
Digunakan
untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak. Wanita hamil
umumnya tidak boleh kurang dari 16 tahun dan lebih dari 35 tahun. (Manuaba,
1998 : 326)
3. Kebangsaan
Sebagian
masyarakat beranggapoan bahwa wanita kullit hitam lebih kuat dari pada kulit
putih. (Manuaba, 1998 : 326)
4. Agama
Untuk
memudahkan dalam memberikan nasehat spiritual sesuai dengan kepercayaan yang
dianut. (Manuaba, 1998 : 326)
5. Pendidikan
Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan klien, sehingga dalam memberikan asuhan
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. (Manuaba, 1998 : 326)
6. Pekerjaan
Untuk
mengetahui tingkat ekonomi klien dan pengaruh pekerjaan terhadap kehamilan klien. (Manuaba, 1998 :
326)
7.
Alamat
Untuk
memudahkan dimana tempat tinggal klien, sehingga memudahkan petugas kesehatan
dalam melakukan kunjungan rumah. (Manuaba, 1998 : 326)
Pada
tanggal :
Pukul :
1. Alasan
kunjungan ini Untuk mengetahui berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya atau
jika ada keluhan.
2. Riwayat
Kehamilan
1) Riwayat
Mesntruasi
Yang perlu ditanyakan
adalah :
·
menarche untuk mengetahui keadaan alat
kelamin dalam normal atau tidak
·
siklus menstruasi untuk mengetahui
adanya penyakit yang menyertai.
·
Haid terakhir lamanya
·
Banyaknya darah yang keluar
·
Konsistensinya
·
Teratur tidaknya haid yang digunakan
untuk membantu diagnosa lamanya kehamilan dan untuk memperhitungkan taksiran
persalinan.
2)
Pergerakan anak
Pada
kasus Solusio Plasenta pergerakan anak tergantung dari umur kehamilan dan
keadaan janinnya.
3)
Tanda- tanda kehamilan
Tanda-tanda
pasti kehamilan antara lain pada pemeriksaan abdomen dapat diraba bagian-bagian
janin, dapat didengar denyut jantung janin, dapat dirasakan gerakan janin, pada
pemeriksaan rontgen tampak kerangka janin dan pada Ultrasonografi dapat diketahui
ukuran janin. (Prawirohardjo, 2008)
3. Keluhan
Pada
kasus solusio plasenta keluhan pasien tergantung tingkat solusio plasenta, pada
solusio plasenta berat gejala yang dapat timbul adalah sakit perut terus
menerus, nyeri tekan pada uterus, uterus tegang terus menerus, perdarahan per
vaginam, syok, dan bunyi jantung janin tidak terdengar lagi. Sedangkan pada
kasus solusio plasenta sedang dan ringan tidak semua ada gejala di atas.
(Prawirohardjo, 2008)
4.
Aktivitas
sehari – hari
Pada
kasus solusio plasenta aktivitanya terganggu karena biasanya pasien umumnya
lemah.
5.
Imunisasi
TT
Untuk
mencegah tetatus nenatorum, maka ibu hamil sebaiknya mendapatkan imunisasi TT2
kali dengan interval 4 minggu dari TT1.
6.
Kontrasepsi
yang pernah digunakan
Untuk
mengetahui kontrasepsi apa yang pernah digunakan.
7.
Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Untuk
mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil, melahirkan
dan nifas yang mungkin dapat terjadi
lagi pada kehamilan, kelahiran dan nifas saat ini.
8.
Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Pertanyaan
yang diajukan adalah apakah pernah menderita penyakit hepatitis yang bisa
menurun pada bayi melalui trans plasenta, penyakit jantung, paru-paru, diabetes
mellitus, gemelli, apakah alergi terhadap makanan dan obat-obatan, apakah punya
kebiasaan merokok dan minum jamu-jamuan.
9.
Riwayat
kesehatan keluarga.
Karena
dalam kehamilan daya tahan tubuh ibu menurun bila ada penyakit yang menular
dapat lekas menular kepada ibu dan mempengaruhi janin. ( Prawirohardjo, 2008 )
1.1.2 Data
Objektif
1.1.2.1 Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan Umum
Pada kasus solusio
plasenta umumnya lemah dan pucat pada kasus solusio plasenta sedang dan berat.
(Prawirohardjo, 2008 : 508)
Kesadaran :
2.
Tanda-tanda vital
1) Tekanan
darah: Biasanya Pada kasus solusio plasenta tekanan darahnya dapat normal 120/80
mmHg sampai menurun menunjukkan tanda syok. (Arief Masjoer, 1999)
2) Nadi : Biasanya Pada kasus solusio
plasenta denyut nadinya meningkat > 100 x menit. (Prawirohardjo, 2008 : 508)
3) Suhu : Biasanya pada kasus solusio
plasenta suhu tubuh pasien meningkat dapat pula menurun sebagai tanda pre syok.
(Prawirohardjo, 2008 : 508)
3.
Muka
Ada
atau tidak kloasma gravidarum, ada atau tidak oedem
4.
Mata
Pada
kasus solusio plasenta umumnya penderita anemis sehingga konjungtiva terlihat
pucat.
5. Hidung
Ada atau tidak polip,
epitaksis, secret, peradangan.
6. Mulut
dan Gigi
Ada atau tidak caries
jika ada perlu ditanyakan kapan terjadinya, ada tidaknya pendarahan gusi, ada
pembengkakan tonsil atau tidak.
7. Telinga
Menilai kebersihan
telinga dengan melihat ada tidaknya serumen.
8. Kelenjar
tiroid dan Kelenjar limfe
Ada tidaknya pembesaran
kelenjar tiroid dan limfe.
9.
Dada
1) Jantung
: ictus cordis regular atau tidak.
2) Paru-paru
: ada atau tidak ronchi dan wheezing.
3) Payudara
Simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada benjolan atau tidak, nyeri atau tidak.
10.
Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : lordosis /tidak
11.
Ekstermitas atas dan bawah
Ada oedema atau tidak, ada varices
atau tidak, reflek patella baik atau tidak, pada kasus solusio plasenta sedang
dan berat umumnya teraba akral
dingin.
12.
Abdomen
Ada
tidaknya linea, striae, pembesaran sesuai umur kehamilan atau tidak, ada
tidaknya benjolan, konsistensi lembek atau tidak.
Pada
kasus solusio plasenta abdomen
tegang dan terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah serta bagian janin sukar
ditentukan, DJJ sulit dinilai atau tidak ada. (Arief Mansjoer, 1999)
1) Leopold I
a. Pemeriksa menghadap
kearah muka ibu hamil
b. Menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian dalam fundus
c. Konsistensi uterus
2) Leopold
II
a. Menentukan batas
samping rahim kanan dan kiri
b. Menentukan letak
punggung janin
3) Leopold
III
a. Menentukan apa yang
terdapat dibagian terbawah
b. Untuk menentukan
bagian terbawah janin apakah bagian tersebut sudah masuk pintu atas panggul
atau belum (jika belum bagian terbawah tersebut dapat digoyangkan).
4) Leopold
IV
a. Pemeriksaan
menghadap kearah kiri ibu hamil
b. Seberapa jauh bagian terbawah janin
masuk pintu atas panggul. (Mochtar : 1998)
13.
Fetus DJJ :
Pada
kasus solusio plasenta yang beresiko tinggi terhadap kematian janin umumnya DJJ bervariasi dari asfiksia/ bradikardi
ringan sampai berat dan
dapat lebih parah sampai tidak terdengar bila kasus ini tidak segera mendapat
pertolongan.
14. Genitalia
Vagina
: Pada pemeriksaan dalam umumnya terdapat pembukaan, ketuban tegang dan
menonjol serta bila ada perdarahan umumnya
berwarna merah kehitaman dan berbau.
1.1.2.2
Pemeriksaan penunjang
·
Pemeriksaan
laboratorium darah : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu
pembekuan, kadar fibrinogen, elektrolit plasma.
·
KTG
(Kardio Tocografi) untuk menilai kesejahteraan janin.
·
Ultrasonogafi,
untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin, dijumpai juga perdarahan antara plasenta dan dinding
abdomen atau disebut dengan perdarahan Retroplasenter.
1.2 IDENTIFIKASI Diagnosa dan MASALAH
Diagnosa : Ibu
G…P… UK 23-40 dengan Solusio Plasenta…..
·
Solusio
plasenta ringan, tandanya ada sedikit perdarahan pervaginam kehitaman, perut
agak sakit terus menerus agak tegang, bagian janin masih mudah teraba.
·
Solusio
plasenta sedang, tanda gejala yang dapat timbul perlahan atau mendadak dengan
gejala sakit perut terus menerus lalu terjadi perdarahan pervaginam, dinding
uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sulit diraba, dan telah ada tanda-tanda persalinan.
·
Solusio
plasenta berat, tanda dan gejalanya adalah penderita jatuh syok dan janinnya sudah
meninggal, uterus sangat tegang dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam dapat
belum tampak maupun tampak, dan telah ada kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal.
Masalah : Ibu
mengalami perdarahan bercak sampai
banyak dengan rasa sakit dan nyeri yang hebat.
1.3 IDENTIFIKASI
Diagnosa DAN MASALAH Potensial
Diagnosa Potensial : Ibu G…P… UK… dengan masalah potensial seperti
ü Dapat terjadi gangguan pembekuan
darah :
1) Masuknya tromboplastin ke dalam
sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisis.
2) Terjadi penurunan fibrinogen
sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
ü Oligouria. Terjadinya sumbatan
glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urine makin berkurang.
ü Perdarahan postpartum. Pada solusio
plasenta sedang sampai berat
terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga menggangu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri, kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
ü Anemia sampai Syok, dikarenakan
terjadi perdarahan nyata maupun tersembunyi di antara plasenta dan cavum uteri
( Retroplasenter ), Variasi turunnya tekanan darah yang menimbulkan keadaan syok pada ibu.
1.4 Kebutuhan Tindakan Segera
Pasien membutuhkan tindakan segera
untuk mengatasi masalah yang timbul adalah Infus RL dan Dekstrosa, apabila
terjadi sesak pada ibu segera pasang oksigen. Dan segera lakukan rujukan ke
fasilitas pelayanan maternal neonatal yang lebih memadai.
1.5 INTERVENSI
Intervensi bergantung pada kondisi ibu dan janin, bila
perdarahan ringan dan tidak ada tanda gawat janin, observasi diwajibkan selama
fasilitas mempunyai kemampuan untuk memberi intervensi segera bila diperlukan.
Intervensi
di BPM
1.5.1
Atur
supaya ibu Tredelenburg
Rasional :
mencegah terjadinya komplikasi syok akibat kurangnya aliran darah balik ke
otak.
1.5.2
Beri
cairan infuse dekstrosa dan RL
Rasional :
mencegah terjadinya syok hipovolemik akibat kehilangan cairan plasma atau
darah.
1.5.3
Berikan
oksigen ( jika ibu mengalami sesak )
Rasional :
memperbaiki suplai oksigen dalam tubuh.
1.5.4
Siapkan
pasien dan keluarga untuk dilakukan rujukan ke fasilitas yang memadai.
Rasional :
agar pasien mendapat penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan yang berwenang
(dokter SpOG).
1.5.5
Pantau
tanda-tanda vital.
Rasional :
tanda-tanda vital mencerminkan keadaan pasien.
1.5.6
Pantau
DJJ.
Rasional :
memantau keadaan janin dan memantau adanya kemungkinan IUFD.
1.5.7
Beri
informasi kepada ibu dan keluarga tentang sifat kedaruratan, terapi, termasuk
juga kemungkinan operasi section caesarea, tranfusi darah dan resusitasi
neonates.
Rasional :
menyiapkan pasien dan keluarga dari segala aspek yakni psiko, materil dan sebagainya.
1.6 IMPLEMENTASI
Implementasi
harus dilakukan segera sesuai invervensi yang telah tersistematis.
Implementasi
di BPM
1.6.1
Mengatur
supaya posisi ibu Tredelenburg
1.6.2
Jika
ibu hanya mengalami solusio plasenta ringan, segera memasang infuse dekstrosa dan RL, sebelum ibu mengalami
syok, karena syok menyebabkan pembuluh darah vena ibu mengecil dan sulit
dipasang infuse.
1.6.3
Pada solusio plasenta sedang ibu kadang
mengalami sesak segera memberikan
oksigen.
1.6.4
Menyiapkan
pasien dan keluarga untuk dilakukan rujukan ke fasilitas yang memadai. Rujukan
pada pasien dengan solusio plasenta harus segara dilakukan untuk menyelamatkan
jiwa ibu.
1.6.5
Selama
dalam perjalanan rujukan melakukan pemantauan tanda-tanda vital dan DJJ. Karena
kemungkinan bisa terjadi perubahan buruk pada kondisi ibu dan janin.
1.7 EVALUASI
Evaluasi
yang dilakukan bidan selama dalam perjalanan rujukan dan setelah dilakukan
invervensi-intervensi yang maksimal. Yakni dengan pemantauan keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital, dan adanya komplikasi lebih lanjut seperti syok.
Serta evaluasi pada kondisi janin intrauterine dengan pemantauan DJJ, agar
tidak sampai terjadi IUFD (Intrauterine Fetal Death).
DAFTAR PUSTAKA
A.Cooper, Margaret. 2009. Myles Buku Ajar Bidan . Jakarta: EGC.
Mansjoer,
Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba,
Ida Bagus Gede, dkk. 1998. Ilmu
Kebidanan, Penyakit kandungan dan keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Manuaba,
Ida Bagus Gede, dkk. 2010. Ilmu
Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo.
Varney,
Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC.
V. Walsh
Linda. 2008. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar