BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan
sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di
mana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu
sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat
melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab
tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor
pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan
berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.
Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa
beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada
keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak
ada dukungan peraturan.
Salah
satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan
Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan
yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui
suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya
kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan
uraian masalah dari latar belakan :
1. Kenapa Tiga Terlambat yang mengakibatkan
AKI dan AKB bisa terjadi ?
2. Apa penyebab Tiga Terlambat yang
mengakibatkan AKI dan AKB ?
3. Kapan Terjadinya Tiga Terlanbat yang
mengakibatkan AKI dan AKB ?
4. Siapa yang berperan dalam mengatasi Tiga
Terlambat yang mengakibatkan AKI dan AKB ?
5. Apa yang harus dilakukan untuk menangani
Tiga Terlambat ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
o Untuk mengetahi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya Tiga Terlambat yang mengakibatkan AKI dan AKB
2. Tujuan Khusus
o Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya
Tiga Terlambat yang mengakibatkan AKI dan AKB
o Mendeskripsikan pencegahan kematian dengan
mengurangi Tiga Terlambat
1.4 Manfaat Penulisan
a. Manfaat Bagi Mahasiswa Kebidanan
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan kebidanan
b. Manfaat Bagi Penulis
Menambah
pengetahuan penulis tentang Tiga Terlambat yang mengakibatkan AKI dan AKB
c. Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan
adanya penulisan ini ibu hamil dapat termotivasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap yang positif, sehingga dapat menekan Angka Kematian Ibu (
AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) serta meningkatkan kesehatan.
d. Manfaat Bagi Institusi Pendidik
Sebagai
bahan tambahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Rujukan
Rujukan
adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih
lengkap/Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam
satu unit) (Muchtar, 1977).
Pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
2.2 Sistem
Rujukan
Sistem
rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik
secara vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara
horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).
Menurut
tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari
: rujukan internal dan rujukan eksternal.
Rujukan
Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
· Rujukan Eksternal adalah rujukan yang
terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut
lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan
Kesehatan.
· Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan
yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis
(jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
· Rujukan Kesehatan adalah rujukan
pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah
gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan
Kerja).
2.3 Kegiatan Rujukan
2.3.1 Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara
lain berupa :
1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit
yang lebih lengkap.
2. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas
3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti
kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
4. Pengiriman bahan laboratorium
2.3.2 Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara
lain :
1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi
kasus, dan demonstrasi.
2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang
lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan.
2.3.3 Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara
lain berupa :
1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan
advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.
(Muchtar, 1977)
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Rujukan
a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda /gejala infeksi
j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40 cm/lebih
l. Gawat janin
m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk
5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi ganda (mejemuk)
p. Kehamilan ganda (gemelli)
q. Tali pusat menumbung
r. Syok.
(Asuhan Persalinan
Normal 2007)
Pemantauan
secara dini bagi wanita hamil memang hal yang harus diperhatikan untuk dapat
mengetahui setiap kali ada permasalahan yang timbul. Derajat kesehatan ibu dan
anak di Indonesia masih belum memuaskan. Angka kematian ibu dan angka kematian
bayi masih tinggi. Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin
adalah masalah besar di negara berkembang, menurut laporan UNICEF di negara
miskin sekitar 25% - 50% kematian wanita usia subur disebabkan karena
komplikasi kehamilan, kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
kematian ibu karena tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang
berlangsung normal. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90 % kematian
ibu disebabkan komplikasi obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami
keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan
kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak
ditangani dengan memadai. Indonesia menempatkan penurunan AKI sebagai program
prioritas mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar
persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetric.
Memperhatikan AKI dan AKB dapat dikemukakan bahwa :
1. sebagian besar kematian ibu dan perinatal
terjadi saat pertolongan pertama
2. tejadinya tiga terlambat pada kehamilan
3. pendidikan masyarakat yang rendah
cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional (Manuaba, 1998).
Oleh
karena keadaan tersebut saya mengambil makalah dengan judul ” Tiga Terlambat
Yang Dapat Mengakibatkan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi
(AKB ).
2.5 Tiga
Terlambat
Tiga
Terlambat yaitu suatu keadaan dimana ibu hamil Terlambat mengenal tanda bahaya,
Terlambat dalam mengambil keputusan untuk mencari Pertolongan, dan Terlambat
dalam mengirim, dan menerima perawatan yg sesuai di fasilitas kesehatan.
Selama
ini kita mengenal 3 Terlambat. Tapi yang diketahui berkaitan dengan tingginya
AKI dalam buku MPS dari “Population Reference Bureau Mahmoud Fathlalla mantan
president FIGO” di sebutkan mengenai 4 Terlambat yaitu :
1.
Terlambat mengenal tanda bahaya
2.
Terlambat mengambil keputusan
3.
Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
4.
Terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan
Pada
Tiga Terlambat :
Pertama,
terlambat mengenal tanda bahaya misalnnya kelainan atau penyakit pada ibu
hamil. “Kebanyakan disebabkan oleh taraf pendidikan yang rendah.
Kedua,
terlambat mengambil keputusan dalam mencari pertolongan, yang akhirnya
terlambat menuju kerumah sakit.
Ketiga,
terlambat mengirim dan menangani. ”Karena sudah terlambat sampai di tempta
rujukan, kondisi ibu sudah makin melemah. Ditambah lagi bila sesampainya
disana, fasilitasnya kurang lengkap atau tenaga medisnya kurang. Akhirnya benar-benar
terlambat ditangani.
2.6 Faktor
– factor Terlambat Rujukan
Keterlambatan
ibu hamil mendapatkan pelayanan
perinatal juga disebabkan oleh
faktor sosial ekonomi masyarakat seperti
pendidikan, pendapatan, pengambilan keputusan, jarak, biaya dan birokrasi rumah
sakit.
Dari
beberapa faktor tersebut di atas,
tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat berperan dalam pemilihan
penolong persalinan, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan tingkat status
kesehatan seseorang (Basov, 2002: 2; Folland,
et al, 2001: 116). Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar kepedulian
terhadap kesehatan. Dengan pendidikan yang baik memberikan pada wanita kekuasaan dan kepercayaan diri untuk mengambil tanggung jawab atas wanita itu
sendiri (Soemanto, 1990).
Beberapa hal yang berkaitan dengan terlambat
mencapai fasilitas kesehatan adalah karena faktor :
o Jarak yang terlampau jauh dan ketersediaan
transportasi yang kurang memadai dan masih bersifat tradisional. Pada daerah
terpencil khusunya sehingga menyebabkan ibu hamil memilih persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami komplikasi saat persalinan
tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering
menyebabkan kematian ibu dan bayi.
o Sarana transportasi yang tidak menunjang
o Tingkat kesulitan geografis yang sulit
dilewati oleh kendaraan
o Waktu tempuh yang sangat jauh dari tempat
pelayanan kesahatan
Rendahnya
cakupan pemeriksaan selama kehamilan, akibat persalinan yang kurang bersih dan
kebiasaan pada ibu-ibu hamil yang belum memenuhi persyaratan medis dan
kesehatan juga menyebabkan tingginya AKI di Indonesia. SDKI 1994 menemukan
kenyataan bahwa sebagian besar persalinan ditolong oleh dukun dan bukan tenaga
kesehatan, dan sebanyak 70,6 % persalinan
dilakukan di rumah yang tidak jarang jauh dari syarat bersih dan sehat.
penyebab
lain tingginya kematian ibu karena kurangya Akses Ibu Bersalin terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang disebabkan penyebaran tempat
pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan efektifitas pelayanan
kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan kesehatan maternal belum mantap,
dan lemahnya manajemen kesehatan di berbagai tingkat, kedudukan wanita dalam
keluarga masih rendah, sosial budaya tidak mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar