BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang wanita hamil yang sehat
dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami
gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika
perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pasca
persalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir
secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya.
Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu
diusahakan untuk melahirkan plasenta segera
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan
darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah
persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut
tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada
spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang
juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu
dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan
darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah
sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
(perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan
ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan
tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas
karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi
menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder:
1.
Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan pascapersalinan segera). Perdarahan pascapersalinan primer terjadi
dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late
Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan
pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi
setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pascapersalinan salah satunya dapat
disebabkan oleh:
Inversio uteri adalah bagian atas
uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam cavum uteri. Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus
uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya bagian luar keadaan ini di
sebut inversio uteri komplet. Jika hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke
luar ostium uteri, di sebut inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar
balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
Pada inversio uteri menahun, yang
di temukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya
involusi kemudian di lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang
terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat.
Cara-cara
inversio uteri :
• Abdominal : haultain dan Huntington
• Vaginal : kustner ( forniks posterior ) dan
spinelli (forniks anterior).
1.1
Tujuan
1.2.1
Tujuan umum
Diharapkan
mahasiswa dapat memahami manajemen kebidanan pada ibu kala III persalinan
dengan inversio uteri.
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan dapat :
1.
Memahami
pengertian inversio uteri.
2.
Memahami
etiologi inversio uteri.
3.
Memahami
patofisiologi inversio uteri.
4.
Mengetahui
gejala inversio uteri.
5.
Mengetahui
gambaran klinis inversio uteri.
6.
Mengetahui
komplikasi inversio uteri.
7.
Melakukan Pengkajian data ibu kala III persalinan
dengan inversio uteri.
8.
Melakukan identifikasi masalah dan deteksi pada ibu
kala III persalinan dengan inversio uteri.
9.
Merencanakan tindakan pada ibu kala III
persalinan dengan inversio uteri.
10.
Melakukan tindakan segera pada ibu kala III
persalinan dengan inversio uteri.
11.
Evaluasi dari tindakan yang diberikan pada ibu
kala III persalinan dengan inversio uteri.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Inversio Uteri
2.1.1
Pengertian
Inversio uteri merupakan keadaan ketika
fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, yang dapat terjadi secara mendadak
atau perlahan. Selain itu, pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan
tenaga terlatih menyebabkan kejadian inversio uteri makin berkurang.
( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB . Edisi 2 : 407 )
Inversio uteri adalah keadaan dimana
fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
( Sinopsis Obstetri Edisi 2 : 304 ).
Inversio uteri adalah uterus
terputar terbalik,sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput
lendirnya sebelah luar.
( Obstetri Patologi : 238 ).
2.1.2 Etiologi
Inversio
uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan pada
fundus uteri yang di lakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik, tarikan
pada tali pusat, kontraksiyang tidak normal, dapatmerupakan permulaan masuknya
fundus uteri ke dalam kavum uteri, dan kontraksi uterus berturut-turut
mendorong funus yang terbalik ke bawah. Korpus uteri terbalik dapat melewati
serviks uteri yang terbuka sampai ke vagina.
Jika
penderita dapat mengatasi peristiwa ini dengan uterus tidak direposisi, penyakitnya
menjadi menahun. Inversion uteri dapat pula terjadi di luar persalinan. Mioma
uteri submukosum yang sedang dilahirkan secara perlahan-lahan menarik tempat
insersinya pada dinding uterus ke bawah kavum uteri, dan menyebabkan inversio
uteri menahun (Prawirohardjo, 2009)
Faktor
yang memungkinkan inversio uterus terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks
yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya
ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas
(maneuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba
(misalnya batuk keras atau bersin) (Prawirohardjo,2008)
Menurut
buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan terjadinya inversio
uteri yaitu :
1. Tonus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan
intraabdominal,
tekanan dengan tangan, dan tarikan pada tali
pusat)
3. Kanalis servikalis yang longgar
2.1.3 Patofisiologi
Penyebab inversio uteri :
1.
Spontan : grande multipara, atoni uteri,
kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan
batuk).
2.
Tindakan : cara Crade yang berlebihan,
tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan
plasenta pada dinding rahim.
Patologi
Inversio Uteri dapat terjadi pada
kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan
talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini
termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik.
Akibat traksi tali pusat dengan plasenta
yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan
dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri.
Faktor yang berhubungan dengan inversio uteri :
§ Riwayat
inversio uteri pada persalinan sebelumnya
§ Implantasi
plasenta di bagian fundus uteri
§ Atonia
uteri
§ Penatalaksanaan
kala III aktif yang salah
Inversio uteri biasanya terjadi jika
seorang pembantu tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan
puncak rahim atau terlalu keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum
terlepas.
Syok,
infeksi dan kematian Keadaan ini bisa menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan
kematian.
2.1.4 Gejala
Gejala-gejala inversio
uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan
atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan
cepat, seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri
yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta
ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam
terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum
parietal ( 1 ). Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi,
akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga
berakibat syok.
Pemeriksaan luar pada
palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada
fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di
luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
Pada pemeriksaan dalam,
bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam
vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
2.1.5 Gambaran Klinis
Sangat individual dan
berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-)
dan sebaliknya. Inversio uteri dapat mendadak
seperti nyeri, Muntah, kolaps ( jarang),
keluhan- keluhannya :
ü Terasa ada yang mengganjal/menonjol
digenitalia ekstema
( vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah )
( vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah )
ü Riwayat nyeri
dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.
ü Timbulnya
gejala-gejala dari :
-
Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress
inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik,
sehingga fungsi sfincter terganggu.
-
Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena
faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan
bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada
portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh
pada daerah panggul.
-
Servisitis dapat menyebabkan infertility.
-
Menoragia karena bendungan
2.1.6 Komplikasi
1.
Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat
menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat
saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum
bersama dengan pembuluh darahnya.
2.
Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
3.
Dekubitis
4.
Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
5.
Gangguan miksi dan stress inkontenensia
6.
Infeksi saluran kencing
7.
Infertilitas
8.
Gangguan partus
9.
Hemoroid
10. Inkarserasi
usus
2.1.7 Klasifikasi Inversio Uteri
a.
Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik
menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
b.
Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah
masuk ke dalam vagina.
c.
Inversio uteri berat : uterus dan vagina
semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Ada
pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
a.
Inversio inkomplit
Yaitu
jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau
serviks uteri.
b.
Inversio komplit
Seluruh
uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
1.1.7
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin dengan Inversio Uteri
1.
Data
subyektif
Identitas pasien
a.
Nama
b.
Alamat
c.
Agama
d.
Pendidikan
e.
Suku/bangsa
f.
Pekerjaan
Keluhan utama :
1.
Keluar
perdarahan banyak dan bergumpal
2.
Nyeri
yang sangat hebat sampai syok
(Prof.dr.Ida
Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)
Riwayat Obstetri :
1.
Riwayat
persalian lalu, kala III dengan plasenta akreta
2.
Riwayat
persalinan lalu, dengan maneuver crede (tekanan pada fundus uteri dari atas)
3.
Riwayat
persalinan lalu, dengan atonia uteri
4.
Riwayat
persalian saat ini, serviks yang masih terbuka lebar
( Sarwono P. 2008 )
2.
Data
Objektif
Pemeriksaan umum :
·
Kesadaran
menurun atau tidak sadar
·
Nadi
cepat lemah (110 kali per menit)
·
Tekanan
darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)
·
Nafas
cepat (lebih dari 30 kali permenit
Pemeriksaan fisik :
·
Pemeriksaan
wajah : pucat berkeringat atau dingin
·
Pemeriksaa
kulit : lembab
·
Pemeriksaan
abdomen :
Fundus uteri sama sekali
tidak teraba di bawah pusat atau teraba tekukan pada fundus , Tonus otot rahim
yang lemah.
·
Pemeriksaan
genetalia :
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 kali/menit), Perdarahan
bergumpal.
VT : Kanalis
servikalis yang longgar.
ü
Bila masih inkomplit maka pada daerah
simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
ü
Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba
kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
ü
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan
Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)
3.
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
Diagnosa : Ibu
P….. dengan Inversio Uteri……
a. Inversio
uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum
keluar dari ruang rongga rahim.
b. Inversio
uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
c. Inversio
uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
Ada
pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
a.
Inversio inkomplit
Yaitu
jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau
serviks uteri.
b.
Inversio komplit
Seluruh
uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
4.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Ibu G…P… UK…
dengan masalah potensial seperti
·
Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat
menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat
saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum
bersama dengan pembuluh darahnya.
·
Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
·
Dekubitis
·
Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
·
Infertilitas
5.
Kebutuhan
Tindakan Segera
Pasien
membutuhkan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang timbul adalah Infus RL
dan Dekstrosa, apabila terjadi sesak pada ibu segera pasang oksigen. Dan segera
lakukan rujukan ke fasilitas pelayanan maternal neonatal yang lebih memadai.
6.
Intervensi
Intervensi bergantung pada kondisi ibu dan janin, bila
perdarahan ringan , observasi diwajibkan selama fasilitas mempunyai kemampuan
untuk memberi intervensi segera bila diperlukan.
Intervensi di BPM :
Apabila terjadi inversio
uteri dengan gejala-gejala syok,
1)
Pertama dilakukan adalah memperbaiki keadaan
umumnya, dengan memberikan oksigen,
2)
Baringkan miring ke kiri
3)
Jika
mungkin naikkan kedua tungkai untuk meningkatkan curah darah ke jantung
4)
Pasang
infuse dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau
NS. Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter
dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125cc/jam
5)
Segera
rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetric
6)
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
Intervensi di Rumah sakit
1)
Atasi syok dengan pemberian infuse RL 15-20
tetes/menit 2 liter selama 1 jam dan bila perlu tranfusi darah.
2)
Berkolaborasi dengan dokter Obgyn untuk
melakukan reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi (secara
jhonson).
3)
Jika placenta belum lepas, baiknya placenta
jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak.
4)
Setelah reposisi berhasil, berkolaborasi
dengan dokter Obgyn untuk drip oksitosin dan dapat dilakukan kompresi bimanual.
5)
Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya
tidak terjadi lagi inversio.
7.
Implementasi
Implementasi
harus dilakukan segera sesuai invervensi yang telah tersistematis.
8.
Evaluasi
Evaluasi
yang dilakukan bidan selama dalam perjalanan rujukan dan setelah dilakukan
invervensi-intervensi yang maksimal. Yakni dengan pemantauan keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital, dan adanya komplikasi lebih lanjut seperti syok.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam Asuhan Kebidanan pada ibu
kala
III persalinan dengan inversio uteri, merupakan keadaan gawat patologis yang terjadi pada kala III persalinan dimana komplikasinya dapat
membahayakan ibu dan beresiko tinggi terjadi kematian. Inversio Uteri merupakan suatu keadaan dimana fundus
uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk. Ini
merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem.
Ada 3 macam bentuk inversion
uteri
berdasarkan derajat terbaliknya uterus.
§ Inversio
uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum
keluar dari ruang rongga rahim.
§ Inversio
uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
§ Inversio
uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
Asuhan Kebidanan yang
diberikan pada ibu kala III persalinan dengan inversion
uteri adalah
rujukan.
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan ini ada faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain :
Faktor
penunjang
1.
Sifat kooperatif antara pasien, keluarga pasien dan
petugas kesehatan.
2.
Adanya kemauan dari pasien untuk melakukan setiap
tindakan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
3.
Komunikasi yang baik antara pasien dengan petugas
kesehatan
3.2 Saran
Diharapkan petugas kesehatan (bidan):
1.
Meningkatkan pengetahuan tentang gangguan-gangguan
atau penyulit pada kehamilan baik deteksi dini maupun penatalaksanaan yang
dapat dilakukan sesuai wewenangnya.
2.
Dapat memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil secara komprehensif dengan memberikan informasi tentang tanda-tanda
bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat, penglihatan
kabur, oedema pada wajah dan tangan, nyeri perut hebat.
3.
Selalu mengingatkan kepada pasien dan keluarga agar
:
1)
Ibu hamil rutin untuk memeriksakan kehamilannya.
2)
Melalukan setiap anjuran petugas kesehatan (bidan).
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro,
H.1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.
Mansjoer
Arif et.al.1999. Kapita
Selekta, Edisi 3, Jilid I . Medik Aesculapius : Jakarta.
Taber
, B . 1994. Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta.
Mochtar , R. Sinopsis Obstetri, Jilid I, Eds. 2 . EGC : Jakarta.
Saifuddin,Abdul
B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus .2010 . Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan
Manuaba, Ida Bagus .2010 . Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan . EGC : Jakarta.
Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2. EGC : Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2006 . Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2. EGC : Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2006 . Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar