assalamualaikum photo: assalamualaikum 42.gif

Jumat, 22 Maret 2013

Asuhan Kebidanan Inversio Uteri


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
               Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pasca persalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera
 Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
               Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh.

 Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder:
1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera). Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
 2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pascapersalinan salah satunya dapat disebabkan oleh:
Inversio uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam cavum uteri. Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya bagian luar keadaan ini di sebut inversio uteri komplet. Jika hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, di sebut inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian di lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat.
Cara-cara inversio uteri :
 • Abdominal : haultain dan Huntington
 • Vaginal : kustner ( forniks posterior ) dan spinelli (forniks anterior).





1.1             Tujuan
1.2.1        Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa dapat memahami manajemen kebidanan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan dapat :
1.         Memahami pengertian inversio uteri.
2.         Memahami etiologi inversio uteri.
3.         Memahami patofisiologi inversio uteri.
4.         Mengetahui gejala inversio uteri.
5.         Mengetahui gambaran klinis inversio uteri.
6.         Mengetahui komplikasi inversio uteri.
7.         Melakukan Pengkajian data ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.
8.         Melakukan identifikasi masalah dan deteksi pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.
9.         Merencanakan tindakan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.
10.     Melakukan tindakan segera pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.
11.     Evaluasi dari tindakan yang diberikan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.








BAB 2
PEMBAHASAN


2.1  Konsep Inversio Uteri

2.1.1  Pengertian
Inversio uteri merupakan keadaan ketika fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Selain itu, pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan tenaga terlatih menyebabkan kejadian inversio uteri  makin berkurang.
( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB . Edisi 2 : 407 )
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
( Sinopsis Obstetri Edisi 2 : 304 ).
Inversio uteri adalah uterus terputar terbalik,sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar.
( Obstetri Patologi : 238 ).
2.1.2  Etiologi
Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan pada fundus uteri yang di lakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik, tarikan pada tali pusat, kontraksiyang tidak normal, dapatmerupakan permulaan masuknya fundus uteri ke dalam kavum uteri, dan kontraksi uterus berturut-turut mendorong funus yang terbalik ke bawah. Korpus uteri terbalik dapat melewati serviks uteri yang terbuka sampai ke vagina.
Jika penderita dapat mengatasi peristiwa ini dengan uterus tidak direposisi, penyakitnya menjadi menahun. Inversion uteri dapat pula terjadi di luar persalinan. Mioma uteri submukosum yang sedang dilahirkan secara perlahan-lahan menarik tempat insersinya pada dinding uterus ke bawah kavum uteri, dan menyebabkan inversio uteri menahun (Prawirohardjo, 2009)
Faktor yang memungkinkan inversio uterus terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin) (Prawirohardjo,2008)
Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan terjadinya inversio uteri yaitu :
1.      Tonus otot rahim yang lemah
2.      Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal,
tekanan dengan tangan, dan tarikan pada tali pusat)
3.      Kanalis servikalis yang longgar

2.1.3  Patofisiologi
Penyebab inversio uteri :
1.         Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2.         Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Patologi
Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik.
Akibat traksi tali pusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri.
Faktor yang berhubungan dengan inversio uteri :
§      Riwayat inversio uteri pada persalinan sebelumnya
§      Implantasi plasenta di bagian fundus uteri
§      Atonia uteri
§      Penatalaksanaan kala III aktif yang salah
Inversio uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas.
Syok, infeksi dan kematian Keadaan ini bisa menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan kematian.


2.1.4 Gejala
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat, seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal ( 1 ). Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

2.1.5  Gambaran Klinis
Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Inversio uteri dapat mendadak seperti nyeri, Muntah, kolaps ( jarang),
keluhan- keluhannya :
ü  Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema
( vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah )
ü  Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.
ü  Timbulnya gejala-gejala dari :
-          Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi sfincter terganggu.
-          Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul.
-          Servisitis dapat menyebabkan infertility.
-                      Menoragia karena bendungan


2.1.6  Komplikasi
1.         Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya.
2.         Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
3.         Dekubitis
4.         Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
5.         Gangguan miksi dan stress inkontenensia
6.         Infeksi saluran kencing
7.         Infertilitas
8.         Gangguan partus
9.         Hemoroid
10.     Inkarserasi usus

2.1.7  Klasifikasi Inversio Uteri
a.       Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
b.      Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
c.       Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : 
a.          Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.
b.         Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.






1.1.7         Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Inversio Uteri
1.            Data subyektif
Identitas pasien
a.             Nama
b.            Alamat
c.             Agama
d.            Pendidikan
e.             Suku/bangsa
f.             Pekerjaan

Keluhan utama :
1.            Keluar perdarahan banyak dan bergumpal
2.            Nyeri yang sangat hebat sampai syok
(Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)

Riwayat Obstetri :
1.            Riwayat persalian lalu, kala III dengan plasenta akreta
2.            Riwayat persalinan lalu, dengan maneuver crede (tekanan pada fundus uteri dari atas)
3.            Riwayat persalinan lalu, dengan atonia uteri
4.            Riwayat persalian saat ini, serviks yang masih terbuka lebar
( Sarwono P. 2008 )

2.            Data Objektif
Pemeriksaan umum :
·               Kesadaran menurun atau tidak sadar
·               Nadi cepat lemah (110 kali per menit)
·               Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)
·               Nafas cepat (lebih dari 30 kali permenit
Pemeriksaan fisik :
·               Pemeriksaan wajah : pucat berkeringat atau dingin
·               Pemeriksaa kulit : lembab
·               Pemeriksaan abdomen :
Fundus uteri sama sekali tidak teraba di bawah pusat atau teraba tekukan pada fundus , Tonus otot rahim yang lemah.
·               Pemeriksaan genetalia :
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 kali/menit), Perdarahan bergumpal.
VT  :  Kanalis servikalis yang longgar.
ü   Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
ü   Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
ü   Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).  (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)

3.         Identifikasi Diagnosa dan Masalah
            Diagnosa  :  Ibu P…..   dengan Inversio Uteri……
a.       Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
b.      Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
c.       Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : 
a.                Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.
b.               Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

4.          Identifikasi Diagnosa dan  Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Ibu G…P… UK… dengan  masalah  potensial seperti
·         Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya.
·         Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
·         Dekubitis
·         Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
·         Infertilitas

5.         Kebutuhan Tindakan Segera
Pasien membutuhkan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang timbul adalah Infus RL dan Dekstrosa, apabila terjadi sesak pada ibu segera pasang oksigen. Dan segera lakukan rujukan ke fasilitas pelayanan maternal neonatal yang lebih memadai.
6.         Intervensi
Intervensi  bergantung pada kondisi ibu dan janin, bila perdarahan ringan , observasi diwajibkan selama fasilitas mempunyai kemampuan untuk memberi intervensi segera bila diperlukan.

Intervensi di BPM :
Apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok,

1)            Pertama dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen,
2)            Baringkan miring ke kiri
3)            Jika mungkin naikkan kedua tungkai untuk meningkatkan curah darah ke jantung
4)            Pasang infuse dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125cc/jam
5)            Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetric
6)            Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Intervensi di Rumah sakit
1)            Atasi syok dengan pemberian infuse RL 15-20 tetes/menit 2 liter selama 1 jam dan bila perlu tranfusi darah.
2)            Berkolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi (secara jhonson).
3)            Jika placenta belum lepas, baiknya placenta jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
4)            Setelah reposisi berhasil, berkolaborasi dengan dokter Obgyn untuk drip oksitosin dan dapat dilakukan kompresi bimanual.
5)            Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.

7.         Implementasi
Implementasi harus dilakukan segera sesuai invervensi yang telah tersistematis.


8.         Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan bidan selama dalam perjalanan rujukan dan setelah dilakukan invervensi-intervensi yang maksimal. Yakni dengan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan adanya komplikasi lebih lanjut seperti syok.









BAB 3
PENUTUP

3.1  Simpulan
Dalam Asuhan Kebidanan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri, merupakan keadaan gawat patologis yang terjadi pada kala III persalinan dimana komplikasinya dapat membahayakan ibu dan beresiko tinggi terjadi kematian. Inversio Uteri merupakan suatu keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk. Ini merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem.
Ada 3 macam bentuk inversion uteri berdasarkan derajat terbaliknya uterus.
§  Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
§  Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
§  Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Asuhan Kebidanan yang diberikan pada ibu kala III persalinan dengan inversion uteri adalah rujukan.
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan ini ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
Faktor penunjang                                                 
1.         Sifat kooperatif antara pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan.
2.         Adanya kemauan dari pasien untuk melakukan setiap tindakan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
3.         Komunikasi yang baik antara pasien dengan petugas kesehatan

  
            3.2  Saran
Diharapkan petugas kesehatan (bidan):
1.               Meningkatkan pengetahuan tentang gangguan-gangguan atau penyulit pada kehamilan baik deteksi dini maupun penatalaksanaan yang dapat dilakukan sesuai wewenangnya.
2.               Dapat memberikan  asuhan kebidanan pada ibu hamil secara komprehensif  dengan memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, oedema pada wajah dan tangan, nyeri perut hebat.
3.               Selalu mengingatkan kepada pasien dan keluarga agar :
1)         Ibu hamil rutin untuk memeriksakan kehamilannya.
2)         Melalukan setiap anjuran petugas kesehatan (bidan).













DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H.1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
 Jakarta.
Mansjoer Arif et.al.1999. Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I . Medik Aesculapius : Jakarta.
Taber , B . 1994.  Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta.
Mochtar , R.  Sinopsis Obstetri, Jilid I, Eds. 2 . EGC : Jakarta.
Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus
.2010 . Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan . EGC : Jakarta.
Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2
. EGC : Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2006
. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar